
Oleh: Farhan Mubarok (Mahasiswa Akademi Al Qur’an FKAM)
Puji syukur kita ucapkan Alhamdulillahirrabil alamin kepada Allah sang pencipta, dengan kenikmatan yang Allah berikan kepada kita samapi hari ini kita bisa berkumpul bersama mendengarkan pengajian. Berapa banyak orang yang tidur tapi tidak bangun untuk selamanya, alhamdulillah Allah masih membangunkan kita, berapa banyak orang yang buta, tidak bisa melihat, matanya sakit, kalau jalan pakai tongkat, harus dituntun alhamdulillah Allah masih memberikan mata yang masih bisa melihat, berapa banyak orang yang tertatih, kakinya diamputasi, kalau jalan harus pakai kursi roda, alhamdulillah kita masih diberikan kaki yang sehat, kaki yang sehat kita gunakan ke masjid, mata yang sehat kita gunakan untuk membaca, mengaji, karena kalimat syukur alhamdulillah itu belum cukup dikatakan sebagai rasa syukur kita kepada Allah, tapi dengan nikmat yang Allah berikan kita gunakan untuk hal-hal yang diridhoi Allah, duit kita sedekahkan, kita infakkan, kaish makan orang miskin badan yang sehat kita gunakan untuk sholat, bekerja untuk menafkahi keluarga, membantu orang, membantu ibu, dll itu baru disebut berterima kasih kepada Allah.
Kedua sholawat berbonceng salam berbahan bakar iman kita ucapkan kepada khatimul anbiya Nabi Muhammad SAW, beliau adalahuswatun hasanah, contoh teladan yang baik sepanjang zaman kalau mau jadi orang baik, contohlah nabi Muhammad maka tentu kalau kita orang Islam kitaikuti teladan beliau, karena apalah arti berislam tapi teladannya K-Pop, teladannya artis-artis, yang dilihat style hidup artis, yang diikuti gaya hidup orang barat.
Jamaah hadirin yang dirahmatiAllah
Di saat ini sudah sering kali banyak kita dengarkan, kita lihat informasi-informasi, brita tentang jeleknya moral anak-anak saat ini, bulan lalu banyak anak-anak SMP, para anak-anak putrinya mereka mengadu ke pengadilan, ada lagi berita tabu, ada suami selingkuh ternyata selingkuh sama ibu mertuanya sendiri, ujung-ujungnya cerai semua, mertuanya cerai pun anaknya demikian. Ada lagi berita di Sumatera seorang guru meninggal dunia di hotel, ternyata guru tersebut nginap di hotel bersama guru muda. La haula wala quwwata illa billah. Miris.
Jamaah yang dirahmati Allah
Dalam dunia pendidikan, entah itu pendidikan anak, pendidikan remaja, pelajar, mahasiswa, istri yang namanya keteladanan, mendidik dengan langsung mencontohkan itu sangat penting sekali dan tidak boleh diabaikan.
Setiap anak selalu terpengaruh oleh gurunya, meneladaninya, meniru sikapnya, kata-katanya, wawasan, perilaku, penampilan dan polainteraksi guru.
Perilaku atau perbuatan itu sangat besar pengaruhnya di dalam diri orang lain. orang itu dinilai karena perilakunya, perbuatannya, kebiasaannya. Adapun lisannya sebagai pembenaran.
Perbuatan adalah pembelajaran nyata secara tidak langsung mengarahhkan orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Contohnya ketika Ibnu Abbas menyaksikan Rasulullah SAW melakukan sholat malam tatkala Ibnu Abbas masih kecil, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari bahwasanya Ibnu Abbas ra berkata, “Aku pernah menginap dirumah bibiku Mainumah”.
Pada suatu malam, lalu Nabi SAW bangun malam, beliau bangun kemudian berwudhu. Selanjutnya mengerjakan sholat. Aku pun kemudian turut mengambil wudhu seperti yang dilakukan beliau. Kemudian berdiri dan ikut mengerjakan di samping kiri beliau, lalu beliau memindahkanku di sebelah kanan beliau dan kemudian mengerjajkan sholat.
Jadi ketika anak masih kecil itu otaknya seperti spon, mereka mampu menyerap informasi teramat banyak dan mampu menirukan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Artinya pendidikan siswa, pelajar itu bukan dimulai ketika masuk TK, masuk SD, tapi jauh sebelum itu pendidikan itu dimulai ketika lahirnya anak, bahkan jauh sebelum itu sudah direncanakan sejak menjalin hubungan suami istri sudah diplanning anaknya nanti mau bagaimana, ibu-ibu dan bapaknya yang menjadi guru pertama baru kemudian disekolahkan.
Menjadi guru tidak hanya berceramah, menasehati didepan murid-muridnya, anak-anaknya, cukup dengan memberikan teladan itu sudah cukup. Rasulullah SAW pun demikian, beliau menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya, sampai saat ini pun kepada umatnya tetap beliau adalah teladan yang baik. Dengan melakukan solat malam lantas dilihat sama Ibnu Abbas ketika kecil, Ibnu Abbbas pun turut ikut-ikutan, ambil air wudhu dan ikut sholat bersama Rasul. Masya Allah cukup dengan melakukan amalan kebaikan.
Jamaah yang dirahmati Allah
Hasan Al Bashri, beliau ulama tabi’in asal Bashrah, pernah mengatakan “perbuatan satu orang dihadapan seribu orang lebih bermakna daripada ucapan seribu orang kepada satu orang”.
Ini menjadi penguat dalil-dalil tentang pentingnya pendidikan teladan, tanpa teladan maju seperti apa anak-anak kita, murid-murid kita.
Jamaah yang dirahmati Allah
Mirisnya lagi ada bapak-bapak, ada guru-guru, ada ibu-ibu yang nyuruh anaknya didiknya supaya sholat tapi dia sendiri tidak melakukannya, si bapak ngelarang anaknya merokok tapi bapaknya sendiri merokok, bagaimana akan terjadi perubahan kalau konsepnya seperti ini. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Surat Ash Shoff ayat 2-3.
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shoff : 2-3).
Ayat ini menjadi peringatan bagi guru-guru, bagi pengajar, bagi yang menasehati orang lain bagi orang tua. Artinya mau dakwah apapun mau mengingikan perubahan apapun itu mulailah dari dirisendiri, cek diri sendiri, evaluasi/ musahabah diri dahulu baru kemudian ayok kita ajak orang lain, kita sama-sama berubah.
Seorang filsuf kuno Tiongkok mengatakan bahwa dirinya pernah bercita-cita mengubah dunia. Lama-kelamaan dirinya tidak yakin, akhirnya menurunkan cita-citanya agar lebih realistis, yakni mengubah negerinya. Kemudian dirinya juga tidak yakin, diturunkan lagi cita-citanya agar lebih realistis, yakni mengubah lingkungannya. Akhirnya dirinya juga tidak yakin dan mengubah cita-citanya berubah realistis yakni mengubah dirinya sendiri.
Perkataan ini semakin memperkuat argumen bahwa konsep perubahan itu dari diri sendiri, kita yang mengawali baru ke orang lain, bukan juga kita nasehati orang lai, beramar makruf nahi mungkar, tapi diri sendiri tidak mengajarkan atau malah melakukan pula kemungkaran, lucu jadinya kalau ada guru ngomongin masalah disiplin, tepat waktu, efisien waktu, memanfaatkan waktu tapi sendirinya datang telat, masuk kelas telat, jamnya selesai pelajaran masih ngajar di kelas, akhirnya apa? Semua omongannya percuma tidak dilaksanakan muridnya, bagaimana bisa merubah orang lain kalau sendirinya belum bisa.
Insyaallah kalau kita sudah mengerjakan amalan-amalan kebaikan meninggalkan kemaksiatan kita sudah terbiasa engaji, tadarus quran, sholat malam, dengan itu anak akan melihat kita dengan sendirinya anak penasaran atau tertarik dan ikut-ikutan, ikut-ikutan ngaji, sok-sok bisa ngaji walau bacanya asal-asalan, ikut-ikutan sholat walaupun masih mainan, walaupun tidak selesai tidak apa-apa. Ini pembiasaan apabila mereka sudah terbiasa dengan kebaikan akan mudah dinasehati, mudah melakukan kebaikan, beda dengan anak yang sama sekali tidak dicontohkan amalan kebaikan, tidak pernah datang ke masjid, walaupun sekedar ikut-ikutan, maka ketika dewasa, sudah baligh, disuruh sholat dia akan keberatan apalagi disuruh istiqomah sehari lima kali. Berat, harus ada pembiasaan diberikan contoh dari kecil bahkan. Makanya Rasulullah SAW memerintahkan anak untuk sholat dari kecil.
“Perintahkanlah anak kalian untuk mengerjakan sholat jika sudah sampai usia tujuh tahun dan apabila telah berusia sepuluh tahun, pukullah jika ia meninggalkannya” (HR. Abu Daud).
Tentunya dalam menyuruh aak sholat tidak bisa seorang bapak sementa-menta memaksa anaknya sholat sedangkan bapaknya di rumah nonton TV, bapaknya dirumah main HP, soalnya kasus seperti ini juga banyak, ada salah seorang takmir masjid di Klaten, yang menyampaikan keresahannya demikian, akan sulit jadinya anak jadi membangkang, bapak saja tidak sholat, lha ternyata sekedar menyampaikan kebaikan juga belum cukupharus dikasih contoh.
Jamaah yang dirahmati Allah
Mendidik dengan konsep mencontohkan diri juga selaras dengan qoridah fiqih dakwah.
“Memberi keteladanan sebelum berdakwah”
Ada satu hadits sebagai penguat statement hari ini.
“Pada hari kiamat, akan didatangkan seseorang, lalu dilemparkan ke dalam neraka, lalu berhamburlah isi perut dan ususnya, dia berputar-putar mengelilingi isi perutnya laksana berputar keledai mengelilingi batu penggilingan. Dikatakan kepadanya, apa yang terjadi pada dirimu, padahal dahulu kamu suka memerintahkan kita untuk berbuat makruf dan mencegah kta dari kemungkaran? Ia menjawab, saya memang dahulu suka memerintahkan kamu berbuat kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melaksanakannya. Dan saya juga suka melarang kamu berbuat kemungkaran, tetapi saya sendiri justru melaksanakannya” (HR. Bukhori & Muslim)
Ini menjadi peringatan yang harusnya diperhatikan oleh setiap muslim, pastikan sebelum memerintah atau sebelum melarang cek dulu dirinya sudah melaksanakan atau sudah mampu meninggalkan, kalau tidak takutnya menjadi bagian dari oran-orang yang Allah murkai.
Makanya seorang muslim dianjurkan bermuhasabah, evaluasi diri dalam setiap harinya, seorang muslim antara ucapan dan perbuatannya harus selaras jujur antara perkataan dan perbuatan.
Jamaah yang dirahmati Allah
Kalau kita muslim tentu sudah menjadikan rasulullah SAW sebagai teladan, meskipun sudah 1400 tahun berlalu.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada manusia, agar manusia mengikutinya. Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Suatu saat saya menengok keluarga, lalu kudapati sebiji kurma jatuh di atas tempat tidur, maka kuambil kurma itu untuk ku makan, tetapi ada khawatir kalau kurma itu adalah kurma zakat, maka aku lemparkan kurma itu” (HR. Bukhori)
Bagaimana seandainya kalau kurma itu dimakan oleh Rasulullah SAW, sedang beliau memerintahkan berhati-hati pada umatnya.
“Sesungguhnya halal itu jelas dan sesungguhnya haram itu jelas dan diantara keduanya terdapat hal-hal yang tidak jelas”
“Kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, barang siapa menjauhi hal-hal yang tidak jelas tersebut ia telah menjaga agama dan kehormatan. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalamnya, maka ia telah terjerumus ke dalamnya”.
Ini Rasulullah SAW tidak mungkin sekedar menyampaikan hadits, tentu akan memberikan juga keteladanan, dengarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam musnadnya.
Beliau berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW pernah tidak bisa tidur di malam hari, sehingga sebagian istrinya bertanya, “Wahai Rasulullah mengapa engkau tidak bisa tidur malam?” Nabi menjawab, ‘Sesungguhnya aku tadi menemukan satu biji kurma di bawah tempatku, lalu aku memakannya, padahaldi rumah kita ada kurma zakat, maka aku takut kalau kurma yang aku makan tersebut adalah kurma zakat”
Demikian seharusnya seorang muslim, ia memelihara dirinya dan membersihkan hatinya, serta bermuhasabah, evaluasi terhadap seluruh anggota badannya, apa yang dilihat matanya, didengar oleh telinganya, diperbuat oleh tangannya.
Jamaah rahimakumullah
Demikian pentingnya pendidikan lewat konsep keteladanan, mengajar dengan contoh, teladan akan lebih berpengaruh daripada sekedar ucapan, maka mari kembali ke diri sendiri, apa yang kita inginkan kepada orang lain, sudahkah kita seperti yang kita inginkan, ini nasehat untukdiri saya pribadi dan umumya kepada seluruh jamaah umumnya. Semoga Allah udahkan kita melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan supaya kemudian kelak orang-orang di sekitar kita mencontoh kebaikan kita, anak cucu kita mengikutinya. Maka insyaallah pahala jariyah mengalir terus sampai cucu kita punya keturunan tetap mengalir, pahala jariyahnya selama kebaikan itu mereka ikuti, barakallah fiikum.
Demikian apa yang kami sampaikan semoga bermanfaat dan diamalkan bersama, salah kata mohon maaf wal akhir.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Referensi :
1. Al Qur’an dan Hadits
2. Solusi Problematika Rumah Tangga, Sobri Marsi Al Faqi
3. Manhaj Tarbiyah An Nabawiyah li thifl, Muhammad Nur Abdul Hafiz Suwaid
4. Menzalimi Anak Tanpa Sadar, Nurul Chomaria, S.Psi.
5. Kisah Para Tabi’in, Syaikh Abdul Mun’im Al Hasyimi
6. MNCRGKNSL, Salim A. Fillah & Zaky A. Rivai
7. Fiqih Dakwah, Jumah Amin Abdul Aziz
8. Jami’ul Ulum Wal Hikam, Ibnu Rajab