
Oleh: Umar Sahid (Mahasiswa Akademi Al Qur’an FKAM)
Bersyukur kita kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, baik itu berupa harta, keluarga, jabatan, kendaraan rumah, dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat ke 7 yang berbunyi:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti azabku sangat berat”. (QS. Ibrahim ayat 7)
Kaum muslim rahimakumullah. Dalam ayat ini menunjukkan bahwasanya siapa saja yang bersyukur, niscaya Allah SWT akan menambah kenikmatan tersebut, begitu juga sebaliknya. Jikalau kita kufur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita, maka ingatlah kata Allah SWT, “Pasti azab-Ku sangat berat”. Maka dari itu jamaah sekalian, marilah kita mensyukuri segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita dengan menjadikan kenikmatan-kenikmatan tersebut sebagai kendaraan untuk menjadikan diri kita lebih takut kepada Allah SWT dengan memperbanyak berdzikir, mengucap hamdalah, sedekah, infaq dan lain sebagainya.
Kemudian sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada sang suri tauladan kita, nabi besar kita, Nabiyullah Muhammad SAW. Begitu juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’ut, tabi’in, serta kepada pengikutnya hingga hari kiamat kelak. Dan semoga dengan sholawat kita pada saat ini kelak mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat kelak.
Kaum muslim rahimakumullah. Perlu kita ketahui bahwasanya Allah SWT telah memberikan kepada kita peringatan-peringatan, Allah SWT telah memberikan kepada kita nasihat-nasihat, yang mana nasihat-nasihat ini, peringatan-peringatan ini termaktub atau tertulis dalam sebuah surat yang ada di dalam Al-Qur’an, di juz yang terakhir. Surah yang keseratus tiga (103) yang bernama surah Al-Ashr.
Allah SWT berfirman:
“1) Demi masa. 2) Sungguh manusia berada dalam kerugian. 3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (QS. Al-Ashr 1-3)
“Demi masa”. Di dalam tafsir Ibnu Katsir karya Imam Ibnu Katsir dijelaskan yang dimaksud masa di sini ialah masa yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Imam Malik juga meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, “Yakni, waktu senja”. Sedangkan yang populer adalah pendapat pertama yaitu masa yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung. Kemudian muncullah pertanyaan bagi kita mengapa Allah bersumpah menggunakan masa? Sedangkan di ayat lain Allah SWT bersumpah menggunakan matahari, bulan, kuda perang, waktu dhuha, dan lain sebagainya. Di dalam tafsir Al-Munir karya Profesor Doktor Wahbah Az-Zuhaili, dijelaskan mengapa masa digunakan untuk bersumpah, dikarenakan di dalamnya terjadi berbagai macam keajaiban, seperti keadaan susah dan senang, sehat dan sakit, kaya dan miskin, hina dan mulia. Jadi masa digunakan untuk bersumpah dikarenakan di dalamnya banyak sekali keajaiban-keajaiban, dan dalam masa tersebut terbagi menjadi tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detik.
Kaum muslim rahimakumullah. Setelah kita mengetahui alasan masa digunakan untuk bersumpah, maka timbullah pertanyaan kepada kita, mengapa Allah bersumpah demikian? Sampai-sampai masa digunakan untuk bersumpah. Jawabannya ada di ayat selanjutnya.
“Sungguh, manusia berada dalam kerugian”. Jadi pada hakikatnya seluruh umat manusia di muka bumi ini mengalami kerugian, bahkan di dalam tafsir Al-Munir karya Profesor Dokter Wahbah Az-Zuhaili dijelaskan dalam penjelasan balaghahnya jadi kata yang berbunyi …, kata khusrin sengaja dinakirahkan bertujuan untuk ta’dzim (membesarkan). Jadi yang dimaksud kerugian di sini adalah kerugian yang amat besar dan sesmua umat manusia mengalaminya, baik itu laki-laki atau perempuan, orang kaya atau orang miskin, rakyat atau pejabat, orang tua atau kaum muda, semuanya mengalami kerugian.
Akan tetapi di ayat selanjutnya Allah SWT memberikan pengecualian kepada empat golongan, yang mana empat golongan ini tidak termasuk dalam golongan orang-orang merugi, lantas siapakah mereka itu?
“Kecuali orang-orang yang beriman”.
Kaum muslim rahimakumullah. Berbicara mengenai keimanan maka kita akan berbicara suatu hal yang besar, suatu hal yang membutuhkan banyak porsinya, karena kehidupan seluruh umat Islam di seluruh muka bumi ini berporos kepadanya, amalan mereka tergantung dengan keimanan mereka, ibadah mereka tergantung dengan keimanan mereka, bahkan kehidupan mereka tindak tanduk serta akhlak mereka tergantung dengan keimanan mereka. Iman merupakan pokok kehidupan yang besar, yang menjadi sumber segala cabang kebaikan. Ibarat pohon yang berbuah maka iman menjadi tangkai, pergantungan buah-buahnya. Kalau kebaikan tidak bersumber pada iman, maka merupakan tangkai yang terputus dari batangnya, yang akan layu dan kering bahkan membusuk dan menjadi sampah. Kalau tidak begitu, yang ada hanyalah sistem setan, yang tidak memiliki keteguhan dan kelanggengan.
Kaum muslim rahimakumullah. Jadi yang dimaksud beriman di sini ialah ia meyakini bahwa Allah SWT adalah Sang Khaliq, Allah yang Maha Pencipta. Ia meyakini bahwasanya Allah adalah Rabb yang berhak disembah yang mana tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Jadi golongan pertama yang dikecualikan oleh Allah SWT adalah golongan mereka yang meyakini allah SWT yaitu orang-orang yang beriman. Maka dari itu, marilah kita perkuat keimanan kita kepada Allah SWT agar kita termasuk golongan yang dikecualikan oleh Allah SWT dari golongan orang-orang merugi.
Kemudian golongan yang selanjutnya ialah ayat yang berbunyi:
“Dan orang-orang yang beramal shalih”.
Kaum muslim rahimakumullah. Perlu kita ketahui bahwasanya suatu amalan bisa dikatakan sebagai amal shalih manakala ia telah memenuhi dua syarat, lantas apakah dua syarat tersebut? Yang pertama ialah niat ikhlas karena Allah SWT, niat ikhlas karena mengharap pahala dari Allah SWT, dan perlu kita ketahui ketika seorang hamba melakukan suatu amalan kebaikan karena mengharap balasan dari Allah SWT, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya, dan perlu kita ketahui ada pahala yang terbaik yang Allah berikan kepada hamba-Nya yaitu syurga-Nya Allah SWT, dan di syurga nanti akan dipenuhi dengan kenikmatan-kenikmatan, akan tetapi ada kenikmatan yang paling tinggi yaitu melihat wajah Allah SWT. Maka dari itu marilah kita guratkan segala aktivitas kita karena mengharap wajah Allah SWT.
Kemudian syarat yang kedua ialah mengikuti sunnah Rasul. Sesuai yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita. Bernafas dan tulang-belulang kita masih bisa digerak-gerakkan. Marilah kita perbanyak amal shalih kita supaya kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, golongan orang-orang yang dikecualikan oleh Allah SWT dari golongan orang-orang yang merugi yang Allah kabarkan dalam firman-Nya di surah Al-Ashr ini.
Kemudian golongan yang ketiga yang Allah kecualikan dari manusia-manusia merugi ialah:
“Dan orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran”.
Kaum muslim rahimakumullah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka dari itu perlunya nasihat berupa kebenaran, nasihat untuk senantiasa mengingat Allah SWT, atau bisa jadi dengan amar ma’ruf nahi munkar, mengajak kepada kebajikan dan melarang kepada kemunkaran. Saling menasihati dalam kebenaran adalah sesuatu yang sangat vital. Karena melaksanakan kebenaran itu sangat sulit dan amat sangat banyak hambatannya, seperti hawa nafsu, pola pikir lingkungan, kezaliman orang-orang yang dholim dan lain sebagainya. Maka dari itu perlunya sebuah nasihat kebenaran nasihat untuk mengingat Allah SWT.
Kaum muslim rahimakumullah. Kata saling menasihati bermakna juga saling memberi semangat, maka dengan saling menasihati akan tumbuh kesemangatan yang baru dan kekuatan yang bertambah bagi penjaga kebenaran bahwa ada orang yang membersamainya, mencintainya dan tidak merendahkannya. Maka dari itu marilah kita saling berwasiat dalam kebenaran agar menjadi kekuatan bagi kita dan juga agar termasuk dalam golongan yang dikecualikan oleh Allah dari manusia-manusia yang merugi.
Kaum muslim rahimakumullah. Adapun golongan yang keempat atau golongan yang terakhir yang Allah kecualikan dari orang-orang merugi ialah:
“Dan orang-orang yang saling menasihati dalam kesabaran”.
Kaum muslim rahimakumullah. Perlu kita ketahui manakala seseorang mengimani Allah SWT, kemudian ia memperbanyak amal shalih dan tak lupa juga ia saling berwasiat dalam kebenaran, maka yang demikian bukanlah hal yang mudah, pastilah di dalamnya ada cobaan-cobaan dan rintangan-rintangannya, entah cobaan dari hawa nafsu, cobaan dari orang-orang yang tidak suka akan kebenaran, atau bahkan cobaan dari golongan setan sendiri. Karena perlu kita ketahui, iblis laknatullah dan bala tentaranya mereka akan selalu menggoda kita, senantiasa menyesatkan kita selama dua puluh empat jam full, dari depan belakang kita, samping kanan kiri kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 17 yang berbunyi:
“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka”.
Kaum muslim rahimakumullah. Maka dari itu perlunya nasihat berupa kesabaran, karena saling menasihati dalam kesabaran ini akan dapat meningkatkan kekuatan, membangkitkan kesadaran dan kesamaan tujuan, kesatuan arah, dan saling mendukungnya antara satu sama yang lain dan membekali mereka dengan kepedulian, kasih sayang, kecintaan, dan keteguhan. Maka dari itu marilah kita ingat saudara-saudara kita. Kita motivasi dengan kesabaran agar menjadi kekuatan bagi mereka dan kita juga agar kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, orang-orang yang dikecualikan oleh Allah SWT dari golongan orang-orang yang merugi.
Kaum muslim rahimakumullah. Itulah tadi empat golongan yang dikecualikan oleh Allah SWT tidak termasuk orang-orang yang merugi. Yang pertama ialah golongan orang-orang yang beriman, yang kedua ialah golongan orang-orang yang beramal shalih, dan yang ketiga adalah golongan orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan golongan yang terakhir ialah golongan orang-orang yang saling menasehati dalam kesabaran.
Maka dari itu kaum muslimin sekalian, marilah kita perkuat keimanan kita, kita perbanyak amal shalih kita, tak lupa marilah kita saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran agar kita termasuk empat golongan yang dikecualikan oleh Allah SWT.
Saya Umar Syahid semester empat mahasiswa Akademi Al-Qur’an FKAM, memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada salah kata dan penulisan. Barakallahufikum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Referensi :
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Tafsir Ibnu Katsir karya Imam Ibnu Katsir
4. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb
5. Tafsir Al-Munir karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili