Aqidah Yang Sehat dan Iman Yang Benar

Oleh: Muh. Idris Asybalunalloh (Mahasiswa Akademi Al Qur’an FKAM)

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan agama-Nya untuk manusia, melengkapkan nikmat-Nya untuk kita dan menjadikan kita sebagai sebaik-bai umat. Dia yang telah mengutus Rosul dari kalangan manusia, Rasul yang membacakan ayat-ayat-Nya dan menyucikan serta mengajarka kita Al Qur’an dan hikmah.

Saya bersyahadat tiada Tuhan melainkan Allah SWT semata dan tiada sekutu bagi-Nya, syahadat yang akan menjadi sebaik-baik penjagaan bagi yang berlindung kepada-Nya. Saya pun bersaksi bahwasanya penghulu kami dan nabi kami Muhammad SAW adalah hamba-Nya, utusannya dan tinggi budi pekertinya.

Dalam fitrah manusia Allah telah menempatkan potensi hidayah yang mengajak kepada Allah ketika meniupkan ruh setelah awal penciptaannya dan mengambil janji setia untuk selalu mengenal dan tunduk kepada Allah. Bila seseorang tumbuh dewasa dan akal pikirannya terbuka, ia akan merasakan adanya sebuah kekuatan yang mengarahkannya kepada Allah sebagai pengaruh dari perjanjian awal sebelum kelahirannya. Allah SWT berfirman :

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (kami lakukan demikian itu), agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al A’raf: 172).

Sepanjang zaman, umat manusia selalu terseok-seok dalam memahami maaslah aqidah dan ibadah kepada Allah, sehingga selalu saja bermunculan orang-orang yang menyembah matahari, berhala-berhala, pepohonan, api dan mempertuhankan manusia sendiri dan ada pula orang-orang yang engatakan bahwa uzair adalah anak Allah dan Al Masih adalah anak Allah serta berbagai penyimpangan lain yang amat menyesatkan.

Tetapi aqidah yang sehat, suci, murni dan selamat dari noda apapun adalah aqidah yang dibawa oleh Rasul SAW, dan para rosul sebelumnya, karenanya setiap muslim wajib berpegang teguh dengan aqidah yang sehat ini agar keislamannya menjadi sah dan benar. Sudah selazimnya bila pejuang akidah yang mencurahkan seluruh hidupnya  untuk menjadi agama umat manusia seluruhnya ini memiliki aqidah yang sehat sehingga bisa menyebarkannya secara sehat dan jernih ke tengah umat manusia, di samping bisa mengendalikan tindakannya dalam kehidupan ini.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Aqidah yang sehat ini akan menimbulkan keimanan yang benar kepada Allah, malaikat-Nya yang baik maupun yang buruk. Iman ini adalah segalanya bagi manusia, bahkan sebagai hakikat kehidupannya sebagaimana Firman Allah, yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada suatu yang memberikan kehidupan kepada kamu” (Al Anfal : 24)

Dan perumpamaan seorang yang tidak beriman kepada Allah adalah seperti binatang ternak bahkan lebih hina dan sesat.

Allah SWT berfirman yang artinya :

Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakanya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itulah sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al A’raf: 179).

Sedangkan terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain. Allah menggambarkan kondisi mereka dalam firman-Nya yang artinya :

Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkannya angin ke tempat yang jauh”. (Al Hajj: 31).

1.      Iman sebagai sumber ketenangan

Sedangkan seorang yang memiliki aqidah tauhid dan iman, pasti akan merasakan kedamaian dan ketenangan jiwa.

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Ar Rad: 28).

Seorang mukmin akan merasa selalu diperhatikan oleh Tuhan yang Maha Mulia, lagi Maha Pengasih serta Maha Penyayang kepadanya seorang mukmin akan berlindung dan menyerahkan jiwa, dan segala permasalahannya serta menyandarkan diri kepada Dzat yang di tangan-Nya segala persoalan dan ia selalu memahami bahwa tidak ada tempat berlindung dari kemurkaan Allah kecuali kepada-Nya sehingga mengapa harus gelisah? Apa yang akan dia takuti bila ia selalu bersama Allah SWT?

Dengan aqidah yang sehat dan iman yang benar, seseorang mampu meluruskan tolak ukur, tata nilainya Rabaniah (Ketuhanan) dan bukan Madiyah (Materialistik), sehingga dunia yang fana ini tidak menjadi orientasi yang terbesar puncak pengetahuannya serta tidak melalaikan akhirat yang merupakan kehidupan hakiki yang abadi. Tetapi ia akan menjalani kehidupan dunia untuk kebahagiaan akhiratnya, sehingga dalam semua aspek kehidupan, baik yang berskala besar m aupun kecil ia akan selalu komitmen dengan tuntutan-tuntutan Islam seperti yang telah ditetapkan dalam kitab Allah dan sunah Rosul-Nya, serta ia akan selalu mengutamakan apa yang berada pada sisi Allah daripada semua kesenangan dunia.

2.      Aqidah tanpa ilmu akan merusak

Dari sini kita harus memahami bahwa potensi-potensi besar yang dibangkitkan oleh aqidah dalam kehidupan ini harus berpijak pada pemahaman terhadap agama Allah dan arahan-Nya karena mengenakan baju agama tanpa landasan ilmu akan mendatangkan bahaya besar dan melahirkan potensi yang membagi buta serta kekuatan destruktif yang akan merusak sendi-sendi sistem sosial.

Iman yang benar akan memberi pemiliknya kesabaran, keteguhan dan kekuatan untuk menanggung penderitaan di jalan Allah tanpa menyia-nyiakan agama yang haq ini dan tuntutan-tuntutannya, iman juga yang menjadikan ahli-ahli sihir Fir’aun (setelah mereka beriman) tidak takut sedikitpun dengan ancaman Fir’aun yang menghukumi memotong kaki dan tangan mereka serta menyalib jasad-jasad mereka.

Iman ini akan mendorong orang-orang beriman kepada kecintaan, persaudaran, dan sikap itsar (mengutamakan saudaranya daripada diri sendiri) untuk mencari ridho Allah. Iman ini akan menjadikan pemiliknya mengatakan  yang haq demi meraih ridho Allah dan tiada pernah takut sedikitpun kepada cercaan orang-orang yang mencerca, serta tidak pernah terbesit keraguan dan keputusasaan. Karena seorang muslim mengetahui bahwa kebatilan, betapapun besarnya pasti akan terkalahkan dan ini merupakan sunnatullah yang tidak akan pernah berubah dan bergeser, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :

Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang seagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” (Ar Ra’d : 17).

Dengan demikian ia bisa menempuh jalan yang benar dengan penuh keberanian, ketenangan jiwa dan kepasrahan kepada Allah seta menyakini bahwa ia telah berlindung pada sendi pertahanan yang kuat, tidak akan terbuai oleh rayuan dan tidak akan gentar sedikitpun kepada orang-orang yang menghandang dan menyimpangkannya dari jalan Allah, serta tidak akan takut oleh teror karena ia menyandarkan diri kepada Allah dan berpegang teguh dengan tali yang kuat dan tidak akan terputus.

Iman melahirkan dalam diri pemiliknya perasaan bangga sekaligus tanggung jawab sebagai guru bagi umat manusia. Perasaan bangga ini tidak medorongnya kepada kesombongan, tetapi justru perasaan bangga yang menghantarkan kasih sayang kepada orang lain dan menuntun tangan kepada jalan petunjuk.

Setelah pembahasan seputar peran iman dan pengaruhnya dalam kehidupan, pejuang akidah dan jundi dakwah yang kami pondong sangat urgent ini, kami mengajak setiap akhi dan ukhti untuk melakukan refleksi keimanan dan menginstropeksi diri serta mengkaji diri sendiri sejauh mana telah menghiasi diri dengan sifat-sifat kaum mukminin yang disebutkan dalam Al Qur’an dan sunah Rosul-nya. Dan kami menyerukan kepadanya bila setiap kali membaca ayat-ayat Al Qur’an yang diawali dengan seruan yang simpatik “Hai orang-orang yang beriman!” maka hendaknya ia betul-betul memperhatikan apa yang disebuktan setelah seruan ini untuk kemudian diaplikasikan seraya mengatakan “kami mendengar dan kami taat, kami mengharap ampunan-Mu, ya Allah, ya tuhan kami kepadamulah kami akan kembali”.

Hadirin yang berbahagia

Aqidah yang sehat dan iman yang benar, itu merupakan keinginan dari semua orang terutama umatnya Nabi Muhammad SAW, ternyata manusia yang sudah mendapatkan aqidah yang sehat dan iman yang benar pasti dia akan bahagia, karena di dalam dirinya selalu terbetik tentang surga-Nya Allah SWT. Yang pasti ingin mereka dapatkan di akhirat nanti.

Maka mari kita selalu bersama-sama menuntut ilmu agama Islam dimanapun dan kesiapapun yang mana mereka mengetahui atau menguasai ilmu tersebut dan jangan lupa untuk selalu memohon kepada Allah SWT untuk meminta ridho dari Allah SWT.

Demikian yang bisa saya sampaikan, kalau ada kata atau ucapan yang salah saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Referensi/ Maroji’ :

1.  Al Qur’an dan sunnah

2.  Muhammad sang yatim “Prof. Dr. Muhammad Sameh Said”

3.  Fiqh Dakwah Jilid 2 “Syaikh Musthafa Masyhur”

Scroll to Top